Harga Saham BUMI Menguat, Apa Faktor Pendorongnya?

Harga Saham BUMI Menguat, Apa Faktor Pendorongnya
Foto;: AI

Harga Saham BUMI Menguat, Apa Faktor Pendorongnya?Pendahuluan

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali menjadi sorotan pasar modal Indonesia setelah mengalami penguatan signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Sebagai salah satu emiten batubara terbesar di Indonesia, pergerakan harga saham BUMI kerap menjadi barometer sentimen investor terhadap sektor energi berbasis fosil.

Kenaikan harga saham ini tentu tidak terjadi tanpa alasan. Ada sejumlah faktor pendorong, mulai dari kondisi fundamental perusahaan, tren harga batubara global, rekomendasi analis, hingga sentimen makroekonomi.

Artikel ini akan membedah lebih dalam faktor-faktor yang membuat saham BUMI menguat, sekaligus menganalisis prospek ke depan bagi investor.

Sejarah Singkat & Posisi BUMI di Pasar

PT Bumi Resources Tbk berdiri pada tahun 1973 dengan nama awal PT Bumi Modern, sebelum bertransformasi menjadi salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Asia. Perusahaan ini memiliki anak usaha unggulan seperti Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia, yang berkontribusi signifikan terhadap produksi batubara nasional.

Dengan kapasitas produksi puluhan juta ton batubara per tahun, BUMI menjadi pemasok penting bagi kebutuhan energi domestik maupun ekspor. Hal ini membuat saham BUMI sangat likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sering masuk radar para trader harian maupun investor institusi.

Data Kinerja Keuangan Terbaru

Untuk memahami penguatan harga saham, mari lihat kinerja keuangan terbaru:

BACA JUGA :
Update Saham BUMI, Peluang Investasi atau Risiko Tinggi?
  • Pendapatan Semester I 2025: sekitar Rp 11 triliun, naik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
  • Laba Bersih Q2 2025: Rp 331,3 miliar, turun dari Rp 1,39 triliun YoY, namun tetap mencatat profit.
  • Margin:
  • Gross Margin ~15,5%
  • EBITDA Margin ~10%
  • Net Margin ~3%
  • Rasio Keuangan:
  • PBV ~0,91x (masih relatif murah dari sisi valuasi buku)
  • PER sangat tinggi ~124x (karena laba turun)
  • ROE ~0,73% dan ROA ~0,52%, relatif rendah

Kesimpulan awal: meski laba menurun, pendapatan masih tumbuh, menunjukkan bisnis tetap berjalan baik di tengah fluktuasi harga batubara. Investor melihat ini sebagai peluang pemulihan.

Analisa Teknikal

Tren Harga

Dalam dua bulan terakhir, harga saham BUMI melonjak lebih dari 20%. Volume perdagangan juga meningkat signifikan, menunjukkan adanya minat tinggi dari investor.

  • Support utama: Rp 134 – Rp 141
  • Resistance terdekat: Rp 164 – Rp 174
  • Sinyal teknikal: indikator MACD, RSI, dan MA memberi sinyal “Buy”.

Sentimen Pasar

Kenaikan harga ini dipicu oleh banyaknya trader ritel yang masuk setelah saham menembus level psikologis Rp 150, memperkuat momentum bullish.

Faktor Pendorong Kenaikan Saham BUMI

1. Tren Positif Harga Batubara Global

Harga batubara internasional naik karena permintaan dari India dan Tiongkok meningkat. Kedua negara tersebut masih sangat bergantung pada batubara untuk pembangkit listrik, sehingga kenaikan harga memberikan katalis positif pada saham emiten batubara termasuk BUMI.

BACA JUGA :
Saham BUMI Terbaru: Prospek, Sentimen Pasar, dan Rekomendasi Analis

2. Sentimen Energi Domestik

Indonesia masih mengandalkan batubara sebagai energi utama, terutama untuk pembangkit listrik PLN. Hal ini memberi kepastian permintaan domestik yang stabil, meskipun ada tren energi baru terbarukan.

3. Rekomendasi Analis

Beberapa sekuritas, termasuk BRI Danareksa Sekuritas, merekomendasikan “Buy on Weakness” pada saham BUMI dengan target harga Rp 164 – Rp 174. Rekomendasi ini mendorong kepercayaan investor bahwa ada potensi upside.

4. Likuiditas Tinggi & Kapitalisasi Pasar

Saham BUMI memiliki kapitalisasi pasar lebih dari Rp 50 triliun setelah lonjakan harga terakhir. Likuiditas tinggi menjadikan saham ini menarik untuk trading jangka pendek.

5. Ekspektasi Pemulihan Laba

Meski laba bersih menurun drastis, banyak investor percaya BUMI masih punya peluang memperbaiki profitabilitas di semester II 2025 melalui efisiensi biaya dan peningkatan volume ekspor.

Risiko yang Tetap Harus Diwaspadai

  1. Fluktuasi harga batubara → jika harga global turun, saham bisa ikut terkoreksi.
  2. Tingginya PER → valuasi saat ini dinilai mahal, sehingga ruang koreksi terbuka lebar jika kinerja tidak sesuai ekspektasi.
  3. Tekanan ESG (Environmental, Social, Governance) → tren global menuju energi bersih bisa mengurangi daya tarik batubara di masa depan.
  4. Beban utang → utang besar dan biaya bunga bisa menekan margin.
BACA JUGA :
Update Saham BUMI, Peluang Investasi atau Risiko Tinggi?

Prospek ke Depan

  • Jangka Pendek (1–3 bulan): saham masih berpotensi menguji resistance Rp 174, didukung tren teknikal dan sentimen positif harga batubara.
  • Jangka Menengah (6–12 bulan): kinerja laba akan menjadi penentu utama. Jika BUMI berhasil meningkatkan efisiensi dan mempertahankan harga jual, potensi kenaikan tetap terbuka.
  • Jangka Panjang (lebih dari 1 tahun): transisi energi global bisa menjadi ancaman serius. BUMI perlu diversifikasi bisnis agar tetap relevan.

Strategi untuk Investor

  1. Trader jangka pendek: bisa manfaatkan momentum bullish dengan target Rp 164 – Rp 174, stop loss di bawah Rp 132.
  2. Investor jangka menengah: perhatikan laporan keuangan Q3 dan Q4 2025 untuk melihat arah profitabilitas.
  3. Investor jangka panjang: pertimbangkan risiko transisi energi, lakukan diversifikasi portofolio.

Kesimpulan

Kenaikan harga saham BUMI dalam beberapa pekan terakhir tidak terlepas dari kombinasi faktor fundamental, teknikal, dan sentimen global.

  • Faktor utama pendorong: kenaikan harga batubara global, sentimen positif pasar energi domestik, rekomendasi analis, dan likuiditas saham yang tinggi.
  • Risiko: laba menurun, valuasi mahal, tekanan regulasi dan transisi energi.
  • Prospek: jangka pendek bullish, jangka panjang bergantung pada adaptasi BUMI terhadap perubahan industri.

Dengan strategi yang tepat, saham BUMI bisa tetap menarik, tetapi investor perlu mengelola risiko dengan disiplin.