Petani Tebu Muda dari Desa Taman: Budianto, Simbol Harapan Baru Pertanian Bondowoso

Foto: Budianto , petani tebu muda yang kini mengelola puluhan hektare lahan produktif.

Bondowoso, FAKTUAL.CO.ID — Di tengah bayang-bayang menurunnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian, seorang pemuda dari Desa Taman, Kecamatan Grujugan, berhasil menepis stigma bahwa bertani tidak menjanjikan masa depan. Ia adalah Budianto , petani tebu muda yang kini mengelola puluhan hektare lahan produktif, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.

Cerita sukses Budianto bermula dari sebidang lahan warisan keluarga. Banyak anak muda seusianya memilih meninggalkan desa dan mencari peruntungan di kota. Namun, Budianto justru memilih jalan sebaliknya — kembali ke akar.

“Waktu itu banyak teman saya kerja di pabrik, tapi saya merasa kalau desa ini dibiarkan tanpa penerus di bidang pertanian, lama-lama mati. Maka saya putuskan untuk bertani, walau banyak yang meragukan,” ujarnya dengan senyum tenang di tengah hamparan kebun tebunya yang hijau menghampar.

Ia memulai dengan hanya 2 hektare lahan tebu. Berkat ketekunan dan inovasi dalam sistem pengairan serta pemupukan organik, hasil panennya meningkat pesat. Kini, ia telah mengelola lebih dari 40 hektare lahan, baik milik pribadi maupun kerja sama dengan petani lain.

BACA JUGA :
Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan Anggota Kapolres Bondowoso Melaksnakan Subuh Berjama'ah

Budianto tidak sekadar bertani secara tradisional. Ia memperkenalkan pendekatan baru: digitalisasi pertanian tebu. Melalui ponsel pintarnya, ia memantau kelembapan tanah, mengatur jadwal irigasi, dan mencatat produktivitas per hektare secara digital.

Langkah sederhana ini membuat efisiensi meningkat, biaya produksi turun, dan hasil panen naik hingga 20 persen. “Kalau anak muda mau terjun ke pertanian, harus pakai cara baru. Jangan pakai cara lama terus,” kata Budianto sambil menunjukkan data hasil panennya di aplikasi.

Inovasi itu membuatnya menjadi perbincangan di kalangan petani muda Bondowoso. Beberapa bahkan datang ke kebunnya untuk belajar langsung tentang manajemen lahan, pembibitan tebu unggul, dan pola tanam tumpangsari.

Keberhasilan Budianto tidak berhenti pada diri sendiri. Dari keuntungan hasil panen, ia membuka lapangan kerja bagi lebih dari 60 warga sekitar — mulai dari tenaga tanam, pemanen, hingga sopir pengangkut tebu.

BACA JUGA :
Polisi Kembali Ungkap Penimbun BBM di Bondowoso

“Saya tidak ingin sukses sendiri. Kalau kebun ini bisa hidup, maka ekonomi warga juga ikut hidup,” tuturnya.10/11.

Selain itu, ia aktif memberikan pelatihan gratis bagi petani muda setiap musim tanam, bekerja sama dengan kelompok tani setempat. Ia memperkenalkan konsep “Pertanian Kolaboratif”, di mana setiap petani muda bisa menyumbangkan lahan kecil untuk dikelola bersama, hasilnya dibagi adil sesuai kontribusi.

Model ini berhasil mengurangi pengangguran musiman dan meningkatkan semangat gotong royong antarwarga.

Dampak kehadiran Budianto terasa luas. Desa Taman yang dulu dikenal sebagai wilayah dengan banyak lahan tidur, kini menjadi sentra produksi tebu aktif. Hasil panen mereka sebagian besar disuplai ke pabrik gula di Bondowoso Situbondo dan luar kota.

Selain itu, perputaran ekonomi di tingkat lokal meningkat drastis. Banyak warga membuka warung, bengkel traktor, hingga jasa angkut hasil panen. Bahkan, beberapa pemuda desa yang dulu merantau kini memilih pulang untuk ikut bertani.

BACA JUGA :
Babinsa Koramil Grujugan Bondowoso Dampingi Petugas Berikan Layanan Posyandu

Menurut warga Taman, kehadiran Budianto menjadi “angin segar” bagi pembangunan desa. “Kami bangga ada anak muda seperti dia. Budianto bukan hanya petani sukses, tapi juga pemimpin sosial yang membawa perubahan nyata,” ujarnya.

Baginya, kemandirian pertanian dimulai dari desa. “Kalau kita bisa olah sendiri hasilnya, petani akan sejahtera. Tidak tergantung pada tengkulak,” ucapnya dengan semangat.

Ia juga berharap pemerintah lebih serius mendukung program regenerasi petani, dengan memberikan akses permodalan dan teknologi yang mudah dijangkau anak muda desa.

“Petani muda itu ada, tapi mereka butuh dukungan. Jangan sampai pertanian hanya dikerjakan oleh generasi tua,” tambahnya.

Kisah Budianto bukan sekadar cerita sukses individu, melainkan potret kebangkitan pertanian muda di Indonesia. Dari Desa Taman, semangatnya menjalar ke banyak penjuru Bondowoso — membuktikan bahwa dengan kerja keras, inovasi, dan kolaborasi, pertanian bukan pekerjaan masa lalu, melainkan masa depan bangsa.(*)