Biodiversity Warriors KEHATI Menjaga Keanekaragaman Hayati Indonesia Melalui Semangat Kolaborasi, Inovasi dan Solusi

Sejumlah mahasiswa dan perwakilan komunitas lingkungan sedang menghadiri peringatan ulang tahun ke-10 Biodiversity Warriors KEHATI di Kantor Yayasan KEHATI Jakarta (27/6). Perayaan dilakukan dalam bentuk Bedah Buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi.

Jakarta-
Biodiversity Warriors KEHATI tahun 2024 genap berusia 10 tahun. Dibentuk pada
tahun 2024 silam, Biodiversity Warriors (BW) bertujuan untuk memopulerkan
keanekaragaman hayati Indonesia baik dari sisi keunikan, pelestarian, dan
pemanfaatannya secara bertanggung jawab. Namun, seiring berjalannnya waktu,
permasalahan lingkungan hidup semakin berkembang dan kompleks. Biodiversity
Warriors dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas diri dan melakukan inovasi
untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. 

”Sebagai
negara megabiodiversity, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk
melestarikan sejuta potensi keanekaragaman hayati yang ada didalamnya,
sekaligus menghadapi ancaman perusakannya. Sepuluh tahun adalah usia yang cukup
matang. Dan melalui dukungan Yayasan KEHATI, Biodiversity Warriors diharapkan
mampu memberikan dampak positif yang signifikan dalam kegiatan konservasi di
Indonesia,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika
Anggraini.

Peneliti Bidang Zoologi dan Serangga BRIN Prof Rosichon Ubaidillah sedang memberikan tanggapan di acara Bedah Buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi yang diadakan oleh Biodiversity Warriors KEHATI

Rika melihat
salah satu tantangan terbesar saat ini adalah belum terbangun kesadaran
pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. Tak pelak hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan masyarakat, terutama dampak-dampak negatif yang akan
diterima oleh mereka jika terjadi kerusakan pada alam Indonesia. Hal ini tampak
jelas dari kebiasaan masyarakat yang masih gemar membuang sampah sembarangan,
masih melakukan perburuan liar, dan memelihara satwa yang dilindungi.

Untuk
merubah kebiasaan buruk tersebut, Biodiversity Warriors gencar memberikan
edukasi lingkungan, baik melalui kunjungan langsung maupun secara digital.
Sudah banyak sekolah, universitas, bahkan perusahaan yang dikunjungi oleh BW
untuk diberikan materi terkait pelestarian keanekaragaman hayati dan lingkungan
hidup. Secara digital, BW aktif dalam berkampanye, memberikan seminar, dan
pelatihan terkait isu-isu lingkungan.

Dalam
melakukan kegiatannya, BW mengedepankan semangat kolaborasi sehingga banyak
kegiatan yang dilakukan bersama dengan LSM dan komunitas lingkungan yang lain,
mulai dari kegiatan di lapangan bersama, sampai berkampanye bersama di paltform
digital.

Dari kolaborasi
tersebut, melahirkan inovasi dan solusi mengatasi permasalahan lingkungan yang
dilakukan oleh para kesatria keanekaragaman hayati Indonesia di bawah naungan
BW KEHATI. Mereka berpartisipasi dalam melakukan penyadartahuan kepada
masyarakat luas melalui kegiatan penelitian dan aksi langsung di lapangan dan kemudian
disebarkan lewat website BW KEHATI.

Berbagai
macam kegiatan telah diprakarsai oleh champions muda yang tergabung dalam BW
KEHATI sebagai penggerak perlindungan dan penyelamatan biodiversitas Indonesia.
Sebagai contoh di Cirebon, komunitas anak muda Ocean Young Guards, yang hidup
dalam lingkungan akademik, rela turun dari kampus menuju kampung dengan fokus
pada pengembangan karakter anak-anak usia 9-15 tahun yang tinggal di daerah
pesisir dan pulau kecil melalui ide-ide kreatif mereka.

Komunitas
muda ini membuat buku ilustrasi berisi tiga tokoh yang mewakili ekosistem laut,
yaitu Diva sebagai putri karang, Akau sebagai pendekar mangrove dan Laso
sebagai pejuang padang lamun. Melalui buku ini, para champions BW KEHATI
merancang pesan konservasi yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak usia
dini,-selain melakukan penanaman bibit mangrove bersama; dengan tujuan
menyelamatkan ekosistem laut penting di kawasan tersebut; yakni mangrove,
terumbu karang dan juga padang lamun.

Contoh
lainnya di Nusa Tenggara Timur, pada sebuah kampung dataran tinggi bernama Desa
Colol, Kabupaten Manggarai Timur, seorang anak muda bernama Yoseph Ronaldi,
dengan gigih membantu petani kopi yang terdampak krisis iklim, di tengah
maraknya anak-anak muda desa yang pergi merantau meninggalkan kampung halaman.
Ia menjadikan tanaman kopi sebagai pintu masuk membangun penyadaran dan aksi
konservasi kepada para petani dengan melibatkan anak-anak muda setempat.

Gerakan-gerakan
kolaborasi yang telah dibangun jejaring anggota BW KEHATI di seluruh Indonesia,
telah berhasil menelurkan bermacam inovasi yang dilakukan oleh para champions
BW KEHATI. Gerakan kolaborasi dan inovasi tersebut diharapkan mampu memberikan
solusi kepada masyarakat sekitar untuk menjaga, mempertahankan, dan
memperjuangkan biodiversitas dari ancaman-ancaman yang datang; salah satunya
yang sangat dirasakan oleh semua orang, yaitu krisis iklim.

”Lahirnya
para champions BW KEHATI yang memiliki kepedulian dan melakukan aksi nyata
dalam menjaga kekayaan biodiversitas Indonesia yang kian terancam, menjadi
sebuah asa di masa yang akan datang. Dengan kepedulian dan gerakan anak-anak
muda dalam isu konservasi dan biodiversitas tersebut, diharapkan menjadi
kekuatan baru bagi generasi emas pada satu abad Indonesia di tahun 2045: di
mana anak-anak muda saat ini akan memegang kendali kepemimpinan di masa depan,”
tutup Rika. Sampai saat ini, anggota BW sudah mencapai lebih dari 6000 orang
yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan 12 jaringan yang berada di 10
universitas.

Bedah Buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan
Bumi

Penulis Buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi Arifin Muhammad Ade

Pada
perayaan ulang tahun Biodiversity Warriors KEHATI yang ke-10, Yayasan KEHATI
mengadakan acara bedah buku Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi
yang ditulis oleh anggota Biodiversity Warriors Arifin Muhammad Ade. Selain
penulis, turut hadir sebagai penanggap, yaitu Peneliti Bidang Zoologi dan
Serangga BRIN Prof Rosichon Ubaidillah, serta Direktur Program Yayasan KEHATI
Rony Megawanto.

Melalui
buku ini, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca pentingnya peran serangga
untuk menopang keberlangsungan hidup di bumi, dan dampaknya yang mengerikan
jika serangga punah. ”sebagian besar masyarakat mungkin tidak mengetahui peran
penting serangga, dan bagaimana mereka sangat bergantung pada keberadaan
serangga, terutama para petani. Artinya, kiamat serangga dapat memicu
peperangan antara umat manusia jika keberadaannya punah dan tidak mampu
membantu petani meningkatkan produktivitas pertanian yang ada,” ujar Arifin.

Selain
menyampaikan pesan tentang keadaan kritis populasi serangga dan konsekuensi
potensial yang luas bagi Planet Bumi, penulis menyoroti pentingnya tindakan
segera untuk mengatasi tantangan lingkungan, sehingga dapat memperlambat
terjadinya kiamat premature.

“Kiamat
Serangga adalah tanda bahaya bahwa jika manusia tidak segera mengambil tindakan
untuk melindungi dan melestarikan serangga, masa depan Bumi bisa sangat
terganggu, dengan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati, pertanian, dan
kehidupan manusia secara umum,” tambah Arifin.

Sebagai
paragraf penutup, pilihan judul “Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan
Bumi” memberikan perspektif lebih jauh, bahwa semua pihak harus mengurai
peran-peran strategis dan begitu vital seluruh komponen penduduk Bumi secara
filosofi, ekologi, biologi, virologi, atau geologi yang selama ini mungkin
terlalu berjarak dengan realitas alam hari ini. Karena itu, “Kiamat Serangga”
mengisyaratkan bahwa bumi harus segera diselamatkan.

**) IIkuti berita terbaru FAKTUAL.CO.ID di Google News klik disini dan jangan lupa di follow.

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES