FAKTUAL.CO.ID – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengumumkan bahwa sebanyak 458 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah berdiri di berbagai daerah untuk mendukung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kehadiran SPPG ini tidak hanya bertujuan memperbaiki kualitas gizi anak bangsa, tetapi juga memberikan dampak ekonomi dengan menyerap 22.850 tenaga kerja baru.
SPPG, Ujung Tombak Program MBG
Program MBG merupakan salah satu program prioritas pemerintah untuk menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjelang Indonesia Emas 2045.
SPPG berperan sebagai pusat logistik dan distribusi makanan bergizi yang disalurkan ke sekolah-sekolah serta lembaga pendidikan lain. Dengan keberadaan 458 unit yang sudah aktif, pemerintah menargetkan distribusi makanan bergizi dapat menjangkau 1,59 juta siswa di seluruh Indonesia.
“SPPG ini bukan hanya sekadar dapur besar, tetapi sistem pelayanan terpadu yang menghubungkan petani, UMKM, hingga sekolah. Dengan demikian, rantai pasok pangan juga ikut diperkuat,” ujar Kapolri dalam keterangannya.
Dampak Ekonomi: Serapan Tenaga Kerja dan UMKM
Selain manfaat gizi, keberadaan SPPG juga membuka lapangan pekerjaan baru. Berdasarkan data, 22.850 tenaga kerja terserap melalui pengoperasian dapur, logistik, hingga distribusi makanan.
Tidak hanya itu, program ini juga menggandeng petani lokal dan UMKM kuliner sebagai pemasok bahan baku. Pola kerja sama tersebut diharapkan mampu menciptakan ekosistem pangan nasional yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan impor bahan makanan.
Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Dalam beberapa kesempatan, Kadin dan Badan Gizi Nasional (BGN) juga ikut meluncurkan SPPG Gotong Royong, sebuah model kolaborasi swasta-pemerintah. Dengan investasi sekitar Rp20 miliar, enam SPPG baru siap melayani 24 ribu penerima manfaat MBG.
Langkah ini dipandang sebagai model Public Private Partnership (PPP) yang efektif untuk mempercepat penyediaan layanan gizi gratis di berbagai daerah, khususnya di wilayah terpencil.
Tantangan dan Harapan
Meski program SPPG mendapat apresiasi, sejumlah tantangan tetap mengemuka. Di antaranya adalah distribusi bahan makanan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), keterbatasan infrastruktur, dan konsistensi kualitas gizi.
Namun, pemerintah optimistis target 1.542 SPPG baru hingga akhir 2025 dapat tercapai. Dengan begitu, cakupan penerima MBG bisa diperluas hingga 5,5 juta anak di seluruh Indonesia.
“SPPG bukan hanya soal makanan bergizi, tetapi juga investasi jangka panjang dalam mencetak generasi unggul dan sehat,” kata Kepala BGN dalam sebuah pernyataan.
Kesimpulan
Program SPPG menjadi bukti nyata bahwa pembangunan gizi nasional tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain menurunkan angka stunting, keberadaannya juga memberi multiplier effect terhadap ekonomi daerah melalui penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan UMKM.







