Pendahuluan
Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu kebutuhan pokok yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Dari transportasi pribadi hingga angkutan umum, dari industri kecil hingga logistik nasional, semua bergantung pada pasokan energi berupa BBM. Oleh karena itu, setiap kali Pertamina mengumumkan harga baru, masyarakat segera menaruh perhatian: apakah harga naik, turun, atau tetap stabil?
Dua jenis BBM yang paling populer digunakan di Indonesia adalah Pertalite dan Pertamax. Pertalite adalah produk subsidi yang ditujukan untuk masyarakat luas, sementara Pertamax adalah produk non-subsidi dengan kualitas lebih tinggi, digunakan oleh kendaraan modern atau masyarakat yang ingin performa mesin lebih optimal. Artikel ini akan mengupas:
- Harga terbaru Pertamax dan Pertalite dari sumber resmi Pertamina
- Sejarah dan dinamika harga kedua produk tersebut
- Faktor-faktor yang mempengaruhi naik-turunnya harga
- Dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari penggunaan Pertalite dan Pertamax
- Analisis perbandingan harga dengan negara lain
- Prediksi harga ke depan
- Saran bagi konsumen untuk memilih jenis BBM yang tepat
1. Harga Resmi Pertamax dan Pertalite
1.1 Harga Pertalite: Tetap Stabil
Sejak September 2022, harga Pertalite ditetapkan pemerintah pada Rp10.000 per liter. Harga ini berlaku di seluruh wilayah Indonesia, meskipun biaya distribusi di daerah kepulauan sebenarnya lebih tinggi. Pemerintah menutup selisih biaya tersebut melalui subsidi energi yang cukup besar.
(Sumber:
1.2 Harga Pertamax: Fluktuatif
Berbeda dengan Pertalite, harga Pertamax mengikuti mekanisme pasar dengan mempertimbangkan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah. Pada September 2025, harga resmi Pertamax tercatat Rp12.200 per liter di wilayah Jawa, Bali, dan sebagian Sumatera.
(Sumber:
1.3 Tabel Perbandingan
Jenis BBM | Harga (per liter) | Status Subsidi | Catatan |
---|---|---|---|
Pertalite | Rp10.000 | Bersubsidi | Harga stabil sejak 2022 |
Pertamax | Rp12.200 | Non-subsidi | Harga fluktuatif, mengikuti pasar |
2. Sejarah Harga Pertalite dan Pertamax
2.1 Pertalite: Dari Produk Baru ke BBM Subsidi Utama
Pertalite pertama kali diluncurkan tahun 2015 sebagai alternatif di antara Premium (RON 88) dan Pertamax (RON 92). Awalnya, harga Pertalite lebih tinggi dari Premium, namun karena Premium secara bertahap dikurangi distribusinya, Pertalite kini menjadi BBM bersubsidi utama. Sejak 2022, harganya dipatok Rp10.000 per liter oleh pemerintah.
2.2 Pertamax: Dari Stabil ke Dinamis
Pertamax telah ada sejak lama sebagai BBM non-subsidi. Harga Pertamax pernah stabil di kisaran Rp9.000–Rp9.500 sebelum 2021, namun sejak pandemi COVID-19 berakhir dan harga minyak dunia melonjak, harga Pertamax juga ikut berfluktuasi. Dalam beberapa periode, Pertamax bahkan mencapai Rp14.000 per liter.
3. Faktor yang Mempengaruhi Harga
- Harga minyak dunia – jika harga Brent/WTI naik, Pertamax otomatis ikut naik.
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS – BBM impor dan komponen biaya dalam dolar membuat kurs sangat berpengaruh.
- Subsidi dan APBN – untuk Pertalite, harga tidak mengikuti pasar karena ada subsidi.
- Biaya distribusi & logistik – wilayah terpencil sebenarnya memiliki biaya distribusi lebih mahal.
- Kebijakan pemerintah – intervensi politik dan ekonomi memengaruhi kapan harga ditahan atau dinaikkan.
4. Dampak Sosial dan Ekonomi
4.1 Dampak Harga Pertalite
- Membantu masyarakat berpenghasilan rendah karena harga dijaga tetap rendah.
- Beban subsidi dalam APBN sangat besar, mencapai ratusan triliun per tahun.
- Risiko konsumsi berlebihan karena harga tidak mencerminkan biaya sebenarnya.
4.2 Dampak Harga Pertamax
- Mendorong masyarakat menengah atas menggunakan BBM berkualitas tinggi.
- Menjadi indikator kesehatan fiskal negara karena harga tidak disubsidi.
- Bila terlalu mahal, konsumen bisa beralih ke Pertalite, meningkatkan beban subsidi.
5. Perbandingan Harga dengan Negara Lain
Jika dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara:
- Malaysia: RON 95 hanya sekitar Rp6.500/liter karena disubsidi besar.
- Singapura: RON 92 mencapai Rp24.000/liter karena pajak tinggi.
- Thailand: RON 95 sekitar Rp16.000/liter.
Indonesia berada di tengah, dengan Pertalite murah karena subsidi, sementara Pertamax lebih terjangkau dibanding Singapura tetapi lebih mahal dari Malaysia.
6. Prediksi Harga ke Depan
- Pertalite kemungkinan tetap di Rp10.000 per liter setidaknya hingga akhir 2025, karena pemerintah masih menanggung subsidi.
- Pertamax berpotensi turun sedikit bila harga minyak dunia stabil di bawah 80 USD per barel. Namun, bila ada konflik geopolitik, harga bisa naik kembali.
7. Saran untuk Konsumen
- Gunakan BBM sesuai rekomendasi mesin kendaraan – bila kendaraan membutuhkan RON 92, sebaiknya gunakan Pertamax.
- Efisiensi pemakaian – gaya berkendara hemat BBM dapat mengurangi biaya.
- Pantau pengumuman Pertamina tiap bulan – harga non-subsidi biasanya disesuaikan setiap awal bulan.
- Pertimbangkan faktor lingkungan – Pertamax menghasilkan emisi lebih rendah daripada Pertalite.
Kesimpulan
Harga Pertamax dan Pertalite mencerminkan perbedaan besar antara BBM subsidi dan non-subsidi di Indonesia. Pertalite dipatok Rp10.000 per liter dengan subsidi pemerintah, sedangkan Pertamax mengikuti harga pasar dengan fluktuasi, saat ini Rp12.200 per liter.
Konsumen sebaiknya memahami perbedaan ini agar dapat memilih sesuai kebutuhan, serta menyadari bahwa subsidi energi adalah beban besar bagi negara. Ke depan, efisiensi energi dan transisi ke energi terbarukan akan menjadi kunci agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada subsidi BBM.