Berita  

Peserta Asal Surabaya Minta Transparansi Penuh Penjurian IJMC 2025, Juri Bantah Ada Keberpihakan

Perhelatan International Jember Marching Competition (IJMC) 2025 yang berlangsung pada Minggu (16/11/2025)

Jember, FAKTUAL.CO.ID – Perhelatan International Jember Marching Competition (IJMC) 2025 yang berlangsung pada Minggu (16/11/2025) tidak sepenuhnya berjalan mulus. Di balik kemeriahan ajang tersebut, muncul polemik dari peserta asal Surabaya, khususnya tim Melopil Harmonik, yang menyampaikan protes keras terkait dugaan ketidaktransparanan penilaian juri dan perubahan kategori lomba.

Diana Aristasari, keluarga sekaligus tante dari salah satu personel Melopil Harmonik, mengungkapkan kekecewaannya terhadap hasil yang diterima timnya. Ia mempertanyakan konsistensi penilaian antara aspek visual dan musik (tone).

“Ketika visualisasi itu lebih banyak dan banyak gerak, tone itu harusnya juga pasti enggak bisa 100% enggak ada pici (pitch),” ujarnya. Menurutnya, hal ini berbeda dengan kategori penampilan yang minim gerak, yang secara teknis memungkinkan tone lebih bersih.

BACA JUGA :
Launching SPPG Dapur Jalan Sumatera Jember: Sajikan Makanan Bergizi Gratis untuk 2.474 Penerima Manfaat

Diana mengaku timnya sempat diprediksi meraih peringkat kedua, namun justru turun ke posisi ketiga tanpa penjelasan memadai. Hal itu kemudian memunculkan dugaan ketidaksesuaian penjurian.
Ia meminta agar penilaian disampaikan secara transparan, bahkan bila perlu dijelaskan langsung di lapangan selepas tampil.

“Saya hanya meminta satu: boleh enggak hal ini di-clear-kan di lapangan? Biar tahu alasan kemenangan atau kekalahan. Biar audiens juga tahu bagaimana pertimbangannya,” tegasnya.
Ia menambahkan, setiap pertanyaan peserta selalu dijawab dengan alasan “seni, rasa juri,” atau “selera juri,” yang dinilainya tidak profesional.

Dari pihak peserta, Mohammad Ervan juga mengkritik ketidakseimbangan antara reaksi penonton dan hasil penilaian juri.
“Kalau kompetisi modelnya kayak gitu terus, ya enggak fair,” ujar Ervan.
Menurutnya, dukungan penonton kepada timnya sangat kuat, namun tampak tidak berpengaruh pada hasil akhir.

BACA JUGA :
KORMI Jember Gelar Musda 2025: Siapkan Langkah Besar Menuju Festival Olahraga Provinsi 2026

Ervan berharap kompetisi IJMC dapat menjadi ajang yang lebih objektif dan sehat ke depannya.

Selain penilaian, peserta juga mempersoalkan penggabungan kategori lomba perorangan. Berdasarkan Technical Meeting, kategori awalnya dibagi berdasarkan jenjang pendidikan: SD, SMP, dan SMA. Namun saat pengumuman, kategori berubah menjadi “Junior” dan “Senior.”

Ervan menilai perubahan mendadak itu membingungkan peserta dan berpotensi merugikan karena tidak sesuai dengan informasi awal.

Menanggapi protes tersebut, salah satu juri musik, Andika Putra Perdana, memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa penjurian IJMC berpegang pada kriteria teknis yang ketat.

“Yang dinilai itu dua musik dan satu visual,” jelasnya. Ia menyebut aspek yang dinilai meliputi tone color, harmoni, bobot materi, balancing, blending, kebersihan bermain, hingga ketepatan nada.

BACA JUGA :
Piala Kades Cup Turnamen Sepakbola se-Jawa Timur di Jember, Total Hadiah Puluhan Juta

Andika menambahkan bahwa juri menilai dari jarak dekat di area bawah panggung sehingga mampu mendengar detail teknis yang tidak selalu terdengar dari tribun.
“Soal audience reaction, itu tidak mempengaruhi nilai karena bukan audiens yang mendengar detail di bawah,” tegasnya.

Ia memastikan bahwa tidak ada kesepakatan atau “battle” antarjuri dalam menentukan pemenang. Semua keputusan, katanya, bersumber dari kriteria yang sudah ditetapkan.

Kontroversi yang mencuat membuat keluarga dan peserta dari Surabaya mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap sistem penjurian IJMC. Mereka berharap kompetisi ini dapat lebih transparan, objektif, dan melibatkan juri-juri yang benar-benar kompeten demi menjaga marwah kompetisi marching band bertaraf internasional. (*)

Penulis: NurulEditor: Redaksi