Bisnis  

NICE PIK 2 Siap Jadi Pusat Pameran Internasional Terbesar di Indonesia

NICE PIK 2 Siap Jadi Pusat Pameran Internasional Terbesar di Indonesia
Foto: AI

Pendahuluan

Di tengah geliat ekonomi kreatif, pariwisata, dan kebutuhan akan ruang konvensi serta pameran kelas dunia, Indonesia sedang memasuki babak baru. Salah satu proyek yang kini menyita perhatian publik adalah NICE PIK 2 — Nusantara International Convention Exhibition — yang digadang-gadang akan menjadi salah satu pusat pameran dan konvensi terbesar di Indonesia.

Artikel ini akan mengulas secara mendalam:

  1. Latar belakang dan sejarah proyek PIK 2
  2. Konsep dan spesifikasi teknis NICE
  3. Pihak pengembang, pendanaan, dan kerangka usaha
  4. Posisi strategis dan aksesibilitas
  5. Peran dalam ekosistem MICE nasional
  6. Tantangan dan risiko
  7. Dampak terhadap daerah sekitar & ekonomi
  8. Proyeksi jangka menengah dan jangka panjang
  9. Kesimpulan dan catatan kritis

Semoga dengan pembahasan ini kamu memperoleh pemahaman menyeluruh tentang peran strategis NICE PIK 2 dalam lanskap MICE dan pembangunan kota masa depan di Indonesia.

1. Latar Belakang dan Sejarah Proyek PIK 2

1.1 Asal-usul PIK dan Ekspansi ke PIK 2

Pantai Indah Kapuk (PIK) dikenal sebagai salah satu kawasan elit di Jakarta Utara, pengembangan terpadu yang menggabungkan fungsi residensial, komersial, lifestyle, dan waterfront.

Namun, keterbatasan lahan dan permintaan akan kota dengan fasilitas modern mendorong pengembangan ekstensi: PIK 2. Lokasi PIK 2 berada di Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, dan dirancang sebagai “waterfront city” dengan rancangan megah dan desain futuristik.

Luas total kawasan PIK 2 mencapai sekitar 2.650 hektar. Pemerintah Indonesia kemudian memasukkan PIK 2 dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga mendapatkan status prioritas dalam regulasi dan potensi insentif.

Selain itu, proyek lainnya dalam PIK 2 sudah mulai terealisasi — misalnya Indonesia Design District (IDD) yang telah dibuka pada 16 Agustus 2023, menjadi magnet bagi industri kreatif dan gaya hidup. Proyek-proyek komplementer semacam itu memperkokoh visi PIK 2 sebagai kota mandiri modern.

1.2 Inisiasi dan Rencana Pembangunan NICE

Merespons kebutuhan ruang pameran dan konvensi kelas dunia, pengembang PIK 2 — Agung Sedayu Group bersama PT Pantai Indah Kapuk Dua (PANI) — mencanangkan proyek NICE (Nusantara International Convention & Exhibition).

Menurut laporan media, proyek ini ditargetkan selesai pada sekitar September 2025. Namun, hingga pertengahan 2025 terdapat capaian signifikan: gedung-gedung bagian tertentu sudah selesai dan bahkan digunakan untuk acara perdana. Misalnya, Bangunan B telah selesai dan digunakan untuk acara Ionation 6th Ion Water by Pocari Sweat pada 30 Agustus 2025.

Beberapa laporan menyebutkan bahwa proyek ini adalah proyek terbesar yang tengah dikerjakan oleh Agung Sedayu di kawasan PIK 2 saat ini — nilai investasi yang diperkirakan mencapai Rp 4 triliun. Pengembangan mega ini secara simbolis meneguhkan ambisi untuk menjadikan NICE sebagai pusat konvensi dan pameran internasional.

2. Konsep dan Spesifikasi Teknis NICE

Untuk mewujudkan visi sebagai pusat pameran internasional terbesar, desain dan fitur teknis menjadi aspek krusial. Berikut rincian konsep dan spesifikasi yang sudah diketahui publik.

2.1 Luas dan Kapasitas

Menurut data dari situs resmi PIK 2, NICE dibangun di atas lahan seluas 400.000 m², dengan GBA (Gross Building Area) lebih dari 300.000 m². Dari total itu:

  • Sekitar 130.000 m² adalah “leaseable space” (ruang yang bisa disewa)
  • Ruang pameran (exhibition halls) mencapai 55.100 m²
  • Terdapat area pre-function (lobi, ruang tunggu, area transisi) sebesar 20.000 m²
  • Ruang outdoor sekitar 30.000 m²

Dengan komposisi ruang semacam ini, NICE diantisipasi mampu menampung berbagai acara berkapasitas besar — dari pameran dagang, konferensi, pameran otomotif, expo industri, hiburan hingga festival.

2.2 Fasilitas Penunjang

Untuk mendukung kenyamanan penyelenggara dan pengunjung, NICE dilengkapi dengan fasilitas pendukung sebagai berikut:

  • Ruang meeting dan forum berskala kecil hingga menengah — untuk seminar, lokakarya, dan diskusi panel.
  • Area outdoor yang fleksibel — bisa digunakan untuk pameran luar ruangan, instalasi seni, atau acara hiburan terbuka.
  • Pre-function area luas, yang berfungsi sebagai area transisi antar ruang, tempat registrasi, pencanangan booth kecil, dan area interaksi sebelum memasuki hall utama.
  • Infrastruktur penunjang seperti parkir luas, akses kendaraan besar (truk pameran), fasilitas layanan logistik internal, ruang pameran listrik dan mekanikal, hingga sistem pendinginan dan keamanan canggih.
BACA JUGA :
Indonesia Tantang Arab Saudi: Siapakah yang Akan Menang Malam Ini?

2.3 Arsitektur dan Tata Ruang

Meskipun detail arsitektural lengkap belum dipublikasikan secara menyeluruh, beberapa poin desain dapat disimpulkan:

  • Bangunan terdistribusi dalam “blok” (Gedung A, B, C, dsb), sehingga memudahkan segmentasi fungsi ruang.
  • Area landscape sekeliling dan ruang terbuka direncanakan sebagai aspek estetika tambahan. Beberapa bagian area parkir dan lanskap kemungkinan selesai di paruh akhir pembangunan.
  • Penekanan pada fleksibilitas ruang agar mampu disesuaikan dengan berbagai jenis acara, dari pameran indoor besar hingga event hybrid (gabungan indoor-outdoor).

2.4 Inovasi dan Standar Internasional

Untuk bersaing di level internasional, NICE menargetkan untuk memenuhi standar global terkait:

  • Sistem kelistrikan, HVAC (heating, ventilation, air conditioning), sistem audio/video, dan IT/telekomunikasi modern — demi mendukung kebutuhan pameran teknologi tinggi
  • Infrastruktur logistik dan back-of-house yang memadai (akses barang, loading dock, ruang penyimpanan)
  • Standar keamanan dan keselamatan tinggi (evakuasi, proteksi kebakaran)
  • Sistem ramah lingkungan dan daya dukung keberlanjutan — meskipun sejauh ini publikasi detail tentang fitur “hijau” masih terbatas

3. Pihak Pengembang, Struktur Keuangan, dan Model Bisnis

3.1 Pengembang dan Kolaborator

Proyek ini berada di bawah kuasa Agung Sedayu Group (ASG) sebagai pengembang utama di kawasan PIK 2, melalui anak usahanya PT Pantai Indah Kapuk Dua (PANI). Selain itu, pihak kontraktor, konsultan arsitektur, manajemen konstruksi, serta penyedia fasilitas MICE juga menjadi mitra strategis.

Agung Sedayu memiliki reputasi di pengembangan kota terpadu dan proyek besar sebelumnya, sehingga membawa pengalaman dalam skala besar.

3.2 Dana Investasi

Menurut laporan media, proyek NICE diperkirakan menelan nilai investasi sekitar Rp 4 triliun. Angka ini mencerminkan skala ambisius dari proyek dan pentingnya modal besar untuk pembangunan dan infrastruktur pendukung.

Model pendanaan kemungkinan terdiri dari kombinasi:

  • Ekuitas pengembang (ASG / PANI)
  • Kredit bank / pinjaman sindikasi
  • Investasi pihak ketiga (baik investor institusional, venture, atau dana publik)
  • Pemasukan dari pra-penjualan atau penyewaan ruang (leasable space)

3.3 Model Bisnis dan Pendapatan

NICE dirancang sebagai pusat MICE yang revenue-nya akan dihasilkan dari:

  1. Penyewaan ruang pameran / hall — penghasilan utama dari penyelenggaraan berbagai pameran / event besar
  2. Sewa ruang meeting / ruangan pendukung — untuk konferensi, workshop, forum
  3. Layanan tambahan — seperti layanan logistik, fasilitas audio-visual, penerjemah, katering, dekorasi, keamanan, koneksi internet
  4. Sewa ruang outdoor / instalasi — bagi event luar ruang
  5. Iklan dan sponsorship — ruang branding di area strategis
  6. Jasa pemasaran dan pengelolaan event — jika NICE juga berperan sebagai operator
  7. Nilai tambah dalam properti komersial di sekitar — efek limpahan pada kawasan komersial, hotel, restoran, ritel, dan infrastruktur pendukung

Dengan strategi diversifikasi pendapatan semacam ini, NICE diharapkan dapat menjaga arus kas operasional dan berkontribusi terhadap profitabilitas jangka panjang.

4. Posisi Strategis dan Aksesibilitas

Agar bisa menjadi pusat pameran internasional, lokasi dan akses sangat krusial. Berikut poin strategis dalam hal lokasi dan konektivitas.

4.1 Lokasi Kawasan dan Proksimitas

NICE berada di kawasan PIK 2, yang dirancang sebagai distrik bisnis dan tempat tinggal masa depan. Keunggulan lokasi:

  • Dekat ke Jakarta kota dan hub transportasi penting
  • Waterfront city — menambah daya tarik estetika dan pengalaman
  • Kemampuan memadukan fungsi residensial, komersial, dan MICE dalam satu ekosistem

4.2 Akses Jalan dan Tol

Salah satu kendala umum kawasan pinggiran kota adalah akses transportasi. Untuk mengatasinya:

  • Tol KATARAJA (Kamal–Teluknaga–Rajeg) telah difungsikan secara fungsional pada 9–20 Oktober 2025, mempermudah akses ke kawasan PIK 2.
  • Akses tol ini bahkan diberikan tanpa tarif (gratis) dalam periode tersebut agar memudahkan kunjungan terhadap acara seperti WITF 2025.
  • Tol ini akan menjadi bagian dari sistem JORR/outer ring road, sehingga menjaga konektivitas ke berbagai arah kota besar

4.3 Transportasi Umum dan Integrasi

Dalam hal transportasi publik:

  • Rute bus TransJakarta T31 telah mulai beroperasi sejak 22 Mei 2025, menghubungkan PIK 2 dengan Blok M dan area Jabodetabek lainnya.
  • Jalur bus internal dan shuttle dalam kawasan PIK 2 juga dikelola pengembang untuk memudahkan mobilitas penduduk dan pengunjung kawasan.
  • Kedekatan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta (cukup 13 menit dari pusat PIK) menjadi keunggulan strategis bagi delegasi internasional.
BACA JUGA :
Indonesia Tantang Arab Saudi: Siapakah yang Akan Menang Malam Ini?

4.4 Sinergi Kawasan Sekitar

Kehadiran NICE dipastikan akan menarik investasi pelengkap:

  • Hotel dan akomodasi kelas atas untuk tamu event internasional
  • Restoran, kafe, dan kuliner untuk mendukung kebutuhan pengunjung
  • Retail, pusat belanja, dan hiburan sekitar yang melengkapi pengalaman pengunjung
  • Infrastruktur pendukung seperti jaringan listrik, jaringan data, sistem drainase dan sanitasi

Dengan demikian, kawasan di sekitar NICE diharapkan tumbuh menjadi distrik MICE & lifestyle terpadu.


5. Peran dan Signifikansi dalam Ekosistem MICE Indonesia

MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions) adalah salah satu sektor prioritas dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. NICE PIK 2 hadir sebagai jawaban terhadap tantangan ruang dan fasilitas yang memadai.

5.1 Kebutuhan Pasar MICE Nasional

Indonesia selama ini telah memiliki beberapa venue pameran besar seperti ICE BSD, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta International Expo (JIExpo), dan gedung konvensi hotel. Namun, permintaan untuk ruang yang lebih fleksibel, kapasitas besar, fasilitas modern, dan lokasi strategis terus meningkat — terutama untuk acara internasional.

Beberapa kelemahan venue saat ini adalah keterbatasan area, biaya operasional, infrastruktur pendukung terbatas, dan keterbatasan fleksibilitas desain acara.

5.2 Posisi Kompetitif NICE

NICE ditargetkan untuk menempati posisi sebagai:

  • Venue yang bisa menyelenggarakan acara besar internasional — expo industri, pameran otomotif, pameran teknologi, konferensi global
  • Platform B2B dan promosi pariwisata — seperti WITF 2025 yang digelar di NICE PIK 2, mempertemukan destinasi wisata, operator perjalanan, dan investor internasional.
  • Pengganti atau pelengkap ICE BSD — bahkan ada indikasi bahwa event otomotif GIIAS mempertimbangkan beralih ke lokasi NICE karena kapasitasnya lebih besar dibandingkan ICE BSD.

Pernyataan bahwa kapasitas NICE dimungkinkan 25% lebih tinggi dari ICE BSD menunjukkan potensi keunggulan kompetitif di sektor pameran otomotif dan industri besar lainnya.

5.3 Dukungan Pemerintah dan Stakeholder

Untuk event seperti WITF 2025, NICE PIK 2 menjadi tuan rumah sekaligus venue strategis dalam program promosi pariwisata pemerintah. Kehadiran berbagai tokoh nasional dalam acara ini mencerminkan dukungan institusional terhadap proyek ini.

Dengan sinergi antara sektor publik dan swasta, NICE memiliki peluang untuk menjadi “jendela dunia” bagi Indonesia melalui sektor MICE.

6. Tantangan dan Risiko

Proyek dengan ambisi besar seperti NICE PIK 2 tentu tidak lepas dari tantangan. Berikut beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

6.1 Risiko Konstruksi dan Jadwal

  • Penundaan pembangunan atau hambatan teknis dapat mengganggu target penyelesaian. Meskipun beberapa bagian sudah dipercepat, bagian lain seperti landscape dan area parkir masih menunggu penyelesaian.
  • Anggaran dapat membengkak akibat inflasi, kenaikan harga bahan bangunan, dan kondisi pasar tenaga kerja.

6.2 Risiko Permintaan & Utilisasi

  • Meskipun banyak permintaan, tingkat utilisasi ruang pameran sangat bergantung pada kemampuan menarik event besar secara konsisten.
  • Jika event berskala besar berkurang (misalnya akibat kondisi makro ekonomi, pandemi, atau fluktuasi global), proyek bisa mengalami ruang kosong atau pendapatan rendah.

6.3 Persaingan Venue

  • Venue lain seperti ICE BSD, JCC, JIExpo, dan pusat konvensi hotel tetap menjadi pesaing. NICE harus menawarkan nilai tambah yang signifikan untuk menarik penyelenggara.
  • Lokasi yang sedikit lebih jauh dari pusat kota mungkin menjadi hambatan bagi beberapa pihak jika konektivitas tidak optimal.

6.4 Tantangan Infrastruktur Pendukung

  • Sistem transportasi publik, kemacetan, dan aksesibilitas umum harus memadai agar pengunjung dapat dengan mudah mencapai lokasi.
  • Infrastruktur utilitas (listrik, jaringan data, air, drainase) harus andal, terutama untuk event kelas tinggi dengan permintaan tinggi.
  • Dampak lingkungan seperti pengelolaan air hujan, drainase kawasan, dan dampak ekosistem sekitar perlu diperhatikan agar proyek bertanggung jawab terhadap lingkungan.

6.5 Risiko Regulasi dan Politik

  • Perubahan kebijakan pemerintah, regulasi perizinan, dan status kewenangan lokal bisa mempengaruhi kelancaran operasi proyek.
  • Saat PIK dan PIK 2 sebelumnya sempat menghadapi protes lingkungan terkait penanganan lahan (khususnya isu banjir, perizinan lahan basah) — hal ini menjadi catatan historis yang perlu diantisipasi.
BACA JUGA :
Indonesia Tantang Arab Saudi: Siapakah yang Akan Menang Malam Ini?

7. Dampak terhadap Daerah Sekitar & Ekonomi Lokal

Proyek ini tidak hanya berdampak pada industri MICE, tetapi juga memberi efek domino ke berbagai sektor lokal.

7.1 Peningkatan Ekonomi Kawasan

  • Kawasan di sekitar NICE akan tumbuh sebagai zona bisnis, ritel, hotel, restoran, dan hiburan — menciptakan ekosistem bisnis terpadu
  • Investasi properti residensial di dekat kawasan PIK 2 dapat meningkat seiring permintaan dari pelaku acara, delegasi, dan profesional MICE
  • Kemunculan pusat perbelanjaan, co-working, dan fasilitas pendukung akan menambah daya tarik kawasan sebagai destinasi multifungsi

7.2 Penciptaan Lapangan Kerja

  • Proyek konstruksi sendiri memerlukan tenaga kerja arsitek, insinyur, teknisi, tukang, dan manajemen proyek
  • Pada tahap operasional, NICE akan memerlukan staf event management, teknisi AV, petugas layanan, keamanan, logistik, pemasaran, dsb
  • Peluang bisnis UMKM sekitar (makanan & minuman, suvenir, transportasi lokal) akan tumbuh mengikuti lonjakan pengunjung

7.3 Pengembangan Pariwisata

  • Acara seperti WITF 2025 telah menunjukkan bagaimana NICE bisa menjadi panggung promosi pariwisata: WITF menghadirkan 300 eksibitor & 200 buyers dari 40 negara.
  • Diplomasi budaya seperti Batavia Dinner sebagai bagian dari acara memperkuat citra Indonesia secara budaya dan pengalaman unik kepada tamu internasional.
  • Dengan lokasi yang relatif dekat ke bandara, delegasi internasional lebih mudah diundang ke acara di NICE dibandingkan lokasi jauh lainnya

7.4 Efek Multiplier Ekonomi

  • Belanja delegasi (akomodasi, kuliner, transportasi) akan menyebar ke sektor ekonomi lokal
  • Proyek infrastruktur pendukung (jalan, drainage, utilitas) juga menyerap anggaran dan tenaga lokal
  • Pertumbuhan nilai properti kawasan akan mendorong lebih banyak investasi dan urbanisasi terarah

8. Proyeksi Jangka Menengah dan Jangka Panjang

8.1 Tahap Pascapembangunan (2025–2027)

  • Setelah selesainya konstruksi utama, NICE akan berfokus pada akuisisi event besar nasional dan internasional
  • Kolaborasi dengan asosiasi industri, pameran global, dan jaringan MICE untuk menjadikan NICE sebagai pilihan utama
  • Menstabilkan utilisasi ruang, menjaga kualitas pelayanan, dan membangun branding sebagai venue kelas dunia
  • Pengembangan area penunjang (hotel, kawasan ritel, hiburan) untuk melengkapi ekosistem kawasan

8.2 Konsolidasi dan Ekspansi (2028–2035)

  • Bila operasional stabil, NICE bisa memperluas ruang sewa atau melakukan ekspansi vertikal
  • Penambahan fasilitas inovatif seperti ruang hybrid, ruang augmented/virtual exhibition, dan fasilitas digital canggih
  • Integrasi dengan kota pintar dan ekosistem smart city di PIK 2
  • Menjadi tuan rumah konferensi global, pameran internasional seperti pameran otomotif, teknologi, seni, dll

8.3 Proyeksi Posisi di Asia Tenggara

  • Dengan kapasitas besar dan standar internasional, NICE berpotensi menjadi salah satu pusat pameran terkemuka Asia Tenggara
  • Memperebutkan event regional dengan venue internasional lainnya (Singapura, Thailand, Malaysia)
  • Jika berhasil, NICE akan memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi MICE global

9. Kesimpulan dan Catatan Kritis

Dengan segala ambisi dan skala proyek, NICE PIK 2 memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pameran internasional terbesar di Indonesia. Beberapa poin penting:

  • Konsep dan spesifikasi teknisnya menonjol: ruang luas, fleksibilitas, fasilitas pendukung, dan kapabilitas kelas dunia
  • Lokasi strategis di PIK 2, akses tol baru, transportasi publik, dan integrasi dengan ekosistem kota modern memberi keunggulan
  • Posisi yang kompetitif dalam industri MICE nasional dan potensi untuk menarik event global
  • Dampak ekonomi lokal signifikan: penciptaan lapangan kerja, investasi properti, UMKM, dan promosi pariwisata
  • Namun risiko tetap nyata: dari konstruksi, utilisasi, persaingan, hingga regulasi

Catatan kritis:

  • Keberhasilan jangka panjang sangat bergantung pada konsistensi operasional dan kemampuan menarik event besar secara rutin
  • Infrastruktur pendukung dan kemudahan aksesibilitas publik harus terus diperkuat
  • Keterlibatan warga lokal dan mitigasi dampak lingkungan sebaiknya menjadi pertimbangan sejak awal agar proyek berkelanjutan
  • Transparansi dalam pengelolaan dana dan operasional akan meningkatkan kepercayaan investor dan publik