Bisnis  

Mengenal Atlantis Subsea Indonesia: Profil, Kinerja Saham & Prospek 2025

Mengenal Atlantis Subsea Indonesia: Profil, Kinerja Saham & Prospek 2025
Foto: AI

1. Pendahuluan

Di tengah dinamika industri energi dan migas yang terus berubah, perusahaan penyedia jasa survei bawah laut (subsea) mempunyai posisi strategis. Atlantis Subsea Indonesia muncul sebagai pemain baru namun menjanjikan dalam ekosistem ini. Dalam artikel ini, kita akan membedah perjalanan, kinerja, dan prospek perusahaan ini untuk tahun 2025 dan seterusnya — mulai dari profil, layanan, aspek keuangan, analisis saham, hingga faktor risiko.

Tujuan saya menyajikan analisis seimbang: menyoroti sisi optimisme sekaligus tantangan, agar Anda, pembaca (bisa investor, analis, atau publik umum) memiliki landasan yang lebih baik dalam memahami Atlantis Subsea Indonesia.

2. Sejarah & Profil Perusahaan

2.1 Visi, Misi, & Nilai

Atlantis Subsea didirikan pada tahun 2016 sebagai perusahaan Indonesia dengan kapabilitas internasional.

Menurut laman resmi, perusahaan memiliki tujuan menyediakan layanan survei bawah laut yang aman, berkualitas tinggi, inovatif, dan terintegrasi untuk sektor minyak & gas, energi terbarukan, dan infrastruktur kelautan. Nilai-nilai inti yang ditonjolkan antara lain keselamatan (safety), integritas, inovasi, kerja sama tim, dan fokus pelanggan.

Visi jangka panjang perusahaan adalah menjadi pemain terdepan dalam layanan survei di kawasan Asia Tenggara, sambil menghasilkan pengembalian yang unggul bagi pemangku kepentingannya.

2.2 Struktur Organisasi & Pemegang Saham

Menurut prospektus IPO dan data publik:

  • Saat IPO, struktur pemegang saham mencakup Rudi Reksa Sutantra (50,80 %), Yophi Kurniawan Iswanto (16,93 %), Denny Ray Hendra, Hendry Widjaja, Tomas Gunawan, dan masyarakat umum.
  • Salah satu tokoh kunci adalah Yophi Kurniawan Iswanto, yang juga tercatat sebagai Direktur Utama.
  • Komisaris utama adalah Rudi Reksa Sutantra.
  • Dalam RUPS Tahunan 2025, hadir pemegang saham mewakili sekitar 67,87 % dari total hak suara.

Secara jumlah karyawan, data dari Investing menyebutkan bahwa perusahaan relatif kecil: sekitar 26 karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan beroperasi dengan struktur lean (ramping) dan kemungkinan menggunakan aliansi serta kontraktor untuk menjalankan proyek.

3. Lini Bisnis & Layanan

Atlantis Subsea menyajikan berbagai layanan inti yang sangat erat dengan aktivitas bawah laut dan survei kelautan. Berikut cakupannya:

3.1 Survei Multidisiplin

Inti dari operasi Atlantis Subsea adalah survei laut (subsea), yang melibatkan pengumpulan data geofisika, geoteknik, hidrografi, kondisi dasar laut, dan aspek teknis lain yang menjadi fondasi desain, konstruksi, dan pemeliharaan infrastruktur bawah laut.

Layanan survei mereka mencakup baik aspek survey & positioning, geophysical & geotechnical survey, serta ROV support (Remotely Operated Vehicle) yang dibutuhkan untuk inspeksi visual dan teknis bawah air.

3.2 Post-Construction Support

Setelah instalasi struktur (misalnya pipa, kabel, fondasi), diperlukan survei “as-laid” atau verifikasi bahwa struktur benar-benar berada di posisi sesuai spesifikasi desain. Atlantis menyediakan layanan tersebut sebagai bagian dari post-construction support.

Tujuan dari layanan ini termasuk memastikan integritas, posisi, dan kondisi struktur bawah laut, serta identifikasi potensi masalah atau deviasi.

3.3 Inspection, Repair & Maintenance (IRM) Support

Layanan IRM sangat vital karena infrastruktur bawah laut (pipeline, struktur platform, kabel bawah laut, dll.) memerlukan pemeriksaan berkala dan pemeliharaan. Atlantis Subsea menyediakan survei posisi bawah laut dan dukungan teknis untuk kegiatan inspeksi, perbaikan, dan pemeliharaan.

Layanan IRM membantu mengidentifikasi kerusakan, keausan, atau perubahan kondisi lingkungan (erosi, sedimentasi) dan mendukung mitigasi risiko kegagalan struktur.

3.4 Survey & Positioning, Geofisika & Geoteknik, ROV

Spesifik layanan yang disebut Atlantis Subsea antara lain:

  • Survey & Positioning: Pengukuran posisi struktur bawah laut, navigasi, alignment.
  • Geophysical & Geotechnical Survey: Pengukuran karakteristik geologi dan geoteknik dasar laut, yang penting untuk perancangan fondasi dan stabilitas.
  • ROV (Remotely Operated Vehicle): Robot bawah air yang dikendalikan dari jarak jauh untuk inspeksi visual, pemantauan, dan tugas teknis lainnya.

Layanan-layanan ini saling memperkuat: data survei geoteknik membantu strategi inspeksi dan pemeliharaan, sedangkan ROV mendukung visualisasi dan pelaksanaan tindakan korektif.

4. IPO dan Pendanaan

Salah satu titik penting dalam perjalanan Atlantis Subsea adalah penawaran umum perdana (IPO) saham di Bursa Efek Indonesia.

4.1 Proses IPO & Harga Penawaran

Atlantis Subsea resmi melakukan IPO pada tanggal 16 April 2024.

BACA JUGA :
Rahasia Investor Sukses: Cara Memilih Saham Emas yang Tepat

Dalam IPO tersebut, perusahaan menawarkan 1,2 miliar saham baru, yang setara dengan sekitar 19,36 % dari modal ditempatkan.

Harga penawaran awal adalah Rp 100 per lembar saham.

Selain itu, perusahaan menerbitkan waran (opsi) seri I sebanyak 1,74 miliar lembar yang menyertai penerbitan saham baru, dengan rasio waran 20 : 29.

Setelah penawaran, susunan pemegang saham berubah: Rudi Reksa Sutantra (50,80 %), Yophi Kurniawan Iswanto (16,93 %), Denny Ray Hendra (4,84 %), Hendry Widjaja (4,84 %), Tomas Gunawan (3,23 %), dan masyarakat umum (19,36 %)

4.2 Penggunaan Dana IPO

Dana yang diperoleh dari IPO (setelah dikurangi biaya emisi) direncanakan digunakan untuk mendanai ekspansi, meningkatkan kapasitas operasi, investasi aset, dan pengembangan teknologi.

Beberapa rencana ekspansi juga diumumkan: Atlantis Subsea akan memanfaatkan dana IPO untuk memperkuat kapabilitas survei, memperluas pasar, serta kemungkinan kerja sama atau proyek internasional.

Sumber media menyebut bahwa perusahaan mengantongi dana segar hingga Rp 120 miliar dari IPO — namun ada juga laporan yang menyatakan total dana yang diperoleh bisa lebih besar bila termasuk waran.

4.3 Dampak IPO terhadap Keuangan

IPO meningkatkan modal dasar dan modal disetor perusahaan, memperkuat ekuitas dan memperluas basis pemilik saham publik. Ini memberikan perusahaan dukungan modal untuk menjalankan proyek-proyek yang lebih besar dan memperkuat reputasi sebagai entitas publik.

Namun, IPO juga membawa tuntutan transparansi, pelaporan rutin, tekanan dari pemegang saham publik, dan eksposur terhadap volatilitas pasar.

5. Kinerja Keuangan & Rasio Keuangan

Analisis keuangan adalah aspek kunci untuk menilai seberapa sehat dan layak investasi sebuah perusahaan. Di bagian ini, kita melihat data historis dan tren terkini (hingga 2025) dari Atlantis Subsea.

5.1 Pendapatan & Laba Bersih

Berdasarkan data dari Carisaham:

TahunPendapatan (Rp)Laba Bersih (Rp)
2020141,844,354,7835,441,223,508
2021128,448,601,37613,447,838,421
202264,883,327,1246,290,987,551
202342,877,712,9351,813,608,233

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa pendapatan mengalami tren penurunan yang cukup signifikan sejak 2020 ke 2023, demikian pula laba bersih.

Margin bersih (net profit margin) pada 2023 tercatat sekitar 4,23 % (laba bersih ÷ pendapatan).

Namun, perkembangan terkini (2025) menunjukkan pemulihan:

  • Pada kuartal II 2025, Atlantis Subsea membukukan laba bersih sebesar Rp 2,7 miliar, meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sekitar Rp 2,0 miliar.
  • Dalam enam bulan pertama 2025, pendapatan tercatat Rp 50,7 miliar dan gross profit Rp 10,1 miliar, yang menghasilkan margin kotor ~19,9 %. EBITDA margin sekitar 11,4 %, dan net margin ~5 %. (
  • Laba dasar per saham (earnings per share) untuk kuartal tersebut sekitar Rp 0,44 per lembar saham.

Secara historis, laporan media menunjukkan bahwa pada semester I 2024, ATLA mencatat laba Rp 2,01 miliar (naik 119,13 % dibanding periode sama 2023).

Juga, data Indopremier menyebut bahwa dalam semester I-2025, laba bersih ATLA naik ~34,96 % YoY menjadi Rp 2,71 miliar dari Rp 2,01 miliar semester I 2024.

5.2 Margin & Efisiensi

  • Gross margin pada 2025 sekitar 19,9 %.
  • EBITDA margin ~11,4 %.
  • Net margin ~5 %.

Margin-margins ini menunjukkan bahwa perusahaan mulai kembali ke jalur profitabilitas yang sehat — meskipun masih rentan terhadap tekanan biaya dan fluktuasi order proyek.

Adapun margin-margins historis:

  • 2021: margin bersih ~10,47 %.
  • 2022: ~9,70 %.
  • Penurunan margin di tahun-tahun berikutnya mengindikasikan tantangan biaya dan kemungkinan idle capacity atau beban overhead tetap.

5.3 Neraca, Utang & Struktur Modal

Berdasarkan data dari Carisaham:

  • Aset
  • 2020: Rp 85,285 miliar
  • 2021: Rp 39,768 miliar
  • 2022: Rp 48,618 miliar
  • 2023: Rp 54,222 miliar
  • 2024: Rp 177,793 miliar (paska IPO)
  • Modal / Ekuitas
  • 2020: Rp 14,014 miliar
  • 2021: Rp 27,456 miliar
  • 2022: Rp 33,740 miliar
  • 2023: Rp 48,633 miliar
  • 2024: Rp 166,112 miliar
  • Utang / Liabilitas
  • 2020: Rp 5,264 miliar
  • 2021: Rp 5,167 miliar
  • 2022: Rp 3,319 miliar
  • 2023: Rp 392 juta
  • 2024: Rp 535 juta
  • Debt-to-Equity Ratio / DER
    Rasio utang terhadap modal relatif sangat kecil — DER kurang dari 1, bahkan berada di kisaran 0,01 kali modal (menurut analisis pada Carisaham).
BACA JUGA :
Atlantis Subsea Indonesia (ATLA) Naik Dramatis: Apa Penyebabnya?

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan beroperasi dengan leverage rendah, yang berarti beban bunga dan ketergantungan utang minimal. Namun, kapasitas ekspansi mungkin terbatas oleh modal sendiri dan kemampuan mendapatkan kontrak besar.

5.4 Arus Kas & Free Cash Flow

Menurut Carisaham:

  • Operating Cashflow
  • 2020: Rp 19,907 miliar
  • 2021: – Rp 738,6 juta
  • 2022: Rp 2,585 miliar
  • 2023: Rp 3,168 miliar
  • Free Cash Flow (FCF)
  • 2020: Rp 10,924 miliar
  • 2021: – Rp 3,134 miliar
  • 2022: – Rp 2,089 miliar
  • 2023: Rp 3,168 miliar

Arus kas operasional yang positif di beberapa tahun terakhir memberi indikasi bahwa bisnis telah mampu menghasilkan kas dari operasi inti. Namun, tercatat terdapat periode negatif FCF, yang mencerminkan tekanan investasi (CAPEX) atau kebutuhan modal kerja.

5.5 Tren Terbaru 2025

  • Kinerja Q2 2025 dengan laba Rp 2,7 miliar menunjukkan pemulihan.
  • Pendapatan semester I 2025 mencapai Rp 50,7 miliar.
  • Margin kotor ~19,9 %, margin bersih ~5 %.
  • Laba per saham dasar ~ Rp 0,44.

Kinerja ini menunjukkan bahwa perusahaan mulai rebound dari tekanan keuangan tahun sebelumnya. Namun, masih perlu diawasi apakah tren ini berkelanjutan hingga akhir 2025.

6. Analisis Saham & Teknikal

Analisis saham meliputi harga, pergerakan teknikal, rekomendasi analis, dan valuasi.

6.1 Harga & Pergerakan Saham

  • Berdasarkan FT.com, saham ATLA tercatat diperdagangkan dalam kurs IDR, dengan ringkasan profil perusahaan (meskipun data profil terbatas).
  • Menurut data StockAnalysis: ATLA bergerak dalam sektor “Oil & Gas Equipment & Services” dan “Energy”.
  • Menurut SimplyWall, saat ini harga saham berada di kisaran Rp 64,00 dengan rentang 52 minggu antara Rp 50,00 hingga Rp 83,00.
  • Dari media PintarSaham: saham ATLA IPO dibanderol Rp 100, tapi kemudian jatuh ke Rp 50.
  • Menurut konten berita, saham ATLA pernah melonjak ~15,85 % dalam satu sesi perdagangan pada Juli 2024 ke level Rp 95.
  • Data di chart TradingView menyebutkan harga saat ini Rp 68 (tergantung waktu pembacaan) dan menyebut perubahan 24 jam ~1,49 %.

Dari data ini, saham ATLA menunjukkan volatilitas besar dalam periode awal setelah IPO, dengan fluktuasi tajam dari harga penawaran. Penurunan harga ke Rp 50 menunjukkan bahwa pasar merespons ekspektasi dan realita kinerja perusahaan.

6.2 Analisis Teknikal

Menurut laporan dari Investing:

  • Rata-rata bergerak (MA5 hingga MA200) menunjukkan sinyal “Jual” secara umum, meskipun ada kombinasi sinyal beli/ jual di timeframe berbeda.
  • RSI 14-hari ATLA adalah ~43,648, yang cenderung ke posisi jual (oversold / tekanan jual).
  • MACD saat ini menunjukkan sinyal beli.

Dari TradingView, peringkat teknikal untuk ATLA dikeluarkan sebagai “strong buy” (pembelian kuat) untuk hari itu, sedangkan rangka waktu minggu dan bulan juga menunjukkan sinyal beli.

Petunjuk-petunjuk teknikal ini bersifat dinamis dan bisa berubah tergantung volume perdagangan, berita, dan sentimen pasar. Investor harus terus memantau sinyal crossover MA, convergence/divergence MACD, serta level support / resistance.

6.3 Penilaian & Estimasi Analis

  • Menurut Investing, konsensus estimasi menunjukkan bahwa saham undervalued, dengan potensi kenaikan jika katalis pertumbuhan benar-benar terealisasi.
  • Proyeksi konsensus mencakup pendapatan dan laba per saham ke depan, tetapi data spesifik target harga bervariasi di antara analis.
  • SimplyWall menyebut bahwa fundamental kekuatan finansial perusahaan tergolong baik, namun aspek valuasi, pertumbuhan masa depan, dan kinerja historis menunjukkan poin lemah.
  • Dalam banyak laporan media dan analis retail (Ajaib, kontan, sinarmas sekuritas), ATLA dinilai sebagai salah satu saham sektor energi baru yang menarik, terutama karena permintaan layanan survei bawah laut yang meningkat dan rencana ekspansi.

Secara umum, pasar memberi kemungkinan upside jika perusahaan dapat konsisten dalam kinerja dan memenangkan proyek-proyek besar.

7. Peluang & Tantangan

Setiap perusahaan dalam industri subsea memiliki peluang unik sekaligus tantangan struktural. Berikut analisisnya untuk Atlantis Subsea.

7.1 Peluang di Sektor Migas & Energi Terbarukan

  1. Kenaikan Kegiatan Eksplorasi & Produksi Migas
    Pemerintah dan perusahaan energi di Asia Tenggara dan Indonesia memerlukan survei bawah laut untuk eksplorasi lapangan baru, instalasi pipa bawah laut, dan koneksi ke darat. Permintaan untuk layanan survei bawah laut bisa meningkat.
  2. Transisi ke Energi Terbarukan (Offshore Wind, Pembangkit Laut, Kabel Laut)
    Pembangunan ladang angin lepas pantai (offshore wind), proyek koneksi kabel bawah laut, dan infrastruktur kelautan lainnya memunculkan kebutuhan survei dan inspeksi bawah laut yang tinggi.
  3. Digitalisasi & Automasi
    Integrasi teknologi seperti pemrosesan data real-time, AI untuk analisis data survei, drone bawah air, dan optimasi operasi dapat menjadi pembeda kompetitif.
  4. Kerja Sama Internasional & Proyek Skala Besar
    Dengan aliansi strategis mitra internasional, Atlantis Subsea dapat ikut tender proyek regional atau global.
  5. Dukungan Pemerintah & Regulasi Favorabel
    Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan energi dan infrastruktur maritim bisa menjadi katalis positif.
BACA JUGA :
Laporan Terbaru Atlantis Subsea Indonesia: Keuntungan, Tantangan & Peluang

7.2 Tekanan Biaya, Persaingan & Regulasi

  1. Biaya Kapasitas & Investasi Awal
    Teknologi survei bawah laut, alat ROV, sistem sensor, kapal survei, dan pemeliharaan alat memerlukan investasi yang signifikan.
  2. Persaingan Global
    Perusahaan asing berpengalaman di subsea bisa bersaing di pasar yang sama, membawa teknologi dan harga yang lebih agresif.
  3. Volatilitas Harga Migas & Permintaan
    Kebutuhan untuk survei banyak tergantung pada aktivitas eksplorasi migas — bila harga minyak rendah atau investasi migas menyusut, proyek survei bisa berkurang.
  4. Risiko Teknik & Operasional
    Lingkungan laut sangat kompleks: arus, cuaca buruk, kedalaman, sedimentasi, kerusakan alat, dan kesalahan teknis bisa menghasilkan biaya tinggi atau kegagalan proyek.
  5. Regulasi Lingkungan & Perizinan
    Proyek bawah laut memerlukan izin lingkungan ketat dan regulasi kelautan yang bisa memperlambat pelaksanaan.
  6. Fluktuasi Nilai Tukar & Inflasi
    Alat dan teknologi terutama diimpor, sehingga biaya bisa terpengaruh oleh nilai tukar. Inflasi dan biaya logistik turut menekan margin.

7.3 Faktor Risiko

  • Keterbatasan backlog kontrak: Jika perusahaan tidak memiliki pipeline kontrak kuat, pendapatan bisa goyah.
  • Ketergantungan proyek besar: Jika proyek-proyek besar gagal atau tertunda, dampaknya besar terhadap kinerja tahunan.
  • Likuiditas dan modal kerja: Dengan leverage rendah, perusahaan harus bijak mengatur modal kerja dan cash flow agar tidak kekurangan dana operasional.
  • Risiko likuiditas saham: Saham baru dengan kapitalisasi dan likuiditas rendah bisa rentan terhadap manipulasi atau fluktuasi ekstrem.
  • Persyaratan laporan & ekspektasi publik: Sebagai perusahaan publik, kesalahan atau keterlambatan laporan keuangan bisa merusak reputasi dan kepercayaan investor.

8. Strategi & Rencana ke Depan

Untuk menghadapi tantangan dan meraih peluang, Atlantis Subsea perlu strategi yang realistis dan berorientasi masa depan.

8.1 Target Pertumbuhan

  • Management menargetkan pertumbuhan pendapatan 20 % di 2024 dibanding 2023.
  • Fokus pada pemulihan pendapatan melalui diversifikasi proyek dan meningkatkan utilisasi kapasitas.

8.2 Inovasi & Kolaborasi

  • Investasi dalam teknologi survei baru, sistem pemrosesan data otomatis, dan integrasi digital agar efisiensi lebih tinggi.
  • Membangun kemitraan internasional untuk memperluas jangkauan proyek di luar Indonesia.
  • Menjalin kerja sama dengan kontraktor migas besar atau perusahaan pengembang energi terbarukan.

8.3 Manajemen Sumber Daya & Efisiensi

  • Memaksimalkan utilisasi alat, meminimalkan idle time.
  • Pengendalian biaya, efisiensi operasional, dan sistem manajemen mutu/risiko yang kuat.
  • Pelatihan SDM agar mumpuni dalam teknologi terbaru dan keselamatan operasional.
  • Menjaga rasio utang rendah dan fleksibilitas keuangan sebagai buffer terhadap tekanan eksternal.

9. Kesimpulan & Rekomendasi

Kesimpulan:

  • Atlantis Subsea Indonesia adalah pemain subsea yang relatif baru tetapi dengan fondasi bisnis yang komprehensif, mencakup survei, positioning, IRM, konstruksi support, dan teknologi terkait.
  • Kinerja keuangan selama periode pasca IPO menunjukkan tantangan (turunnya pendapatan & margin), tetapi data 2025 menunjukkan pemulihan yang menjanjikan.
  • Saham ATLA mengalami fluktuasi tajam sejak IPO, dengan potensi upside jika perusahaan mampu mengeksekusi proyek dan mempertahankan laba.
  • Peluang terbesar bagi perusahaan ada di sektor migas, energi terbarukan, dan ekspansi teknis survei global.
  • Namun, tekanan biaya, persaingan global, risiko operasional dan regulasi tetap menjadi tantangan utama.

Rekomendasi bagi investor / pembaca:

  • Jika Anda tertarik pada saham ATLA, penting untuk memantau kontrak proyek baru, backlog, dan realisasi kinerja triwulanan berikutnya.
  • Gunakan analisis teknikal sebagai pelengkap — sinyal beli atau jual bisa membantu entry/exit timing.
  • Diversifikasi portofolio dan jangan all-in ke satu saham kecil dengan volatilitas tinggi.
  • Perhatikan faktor eksternal (pasar migas, kebijakan pemerintah, nilai tukar) yang bisa berpengaruh besar.